Sabtu, 10 September 2011

Inspirasi Henry Dunant SWISS

Henry Dunant 1; PENGARUH AYAH IBU

Saya berada di Swiss, yang sistem pemerintahannya sangat bagus, mencerminkan keanekaragaman penduduknya. Sebagai negara federal, demokrasinya bersifat "langsung", ada Majelis Federal. Parlemen ini memilih tujuh orang untuk menjadi "dewan pemerintah". Ketujuhnya berstatus menteri, mengepalai departemen utama, dan salah satunya menjadi presiden selama satu tahun secara bergiliran.
Tokoh paling terkenal dari Swiss, bukan salah satu Presiden yang pernah memerintah,  tetapi Bapak Palang Merah International, Henry Dunant, lahir di Jenewa. Dunant tumbuh pada masa kebangkitan kesadaran beragama (1828-1910) yang dikenal dengan nama Réveil. Pada usia 18 tahun, dia bergabung dengan Perhimpunan Amal Jenewa (''Geneva Society for Alms Giving''). Ia juga mendirikan Thursday Association, sebuah kelompok anak muda untuk mempelajari Bibel dan menolong kaum miskin. Waktu senggangnya banyak dia habiskan untuk mengunjungi penjara dan melakukan kegiatan sosial.
1852, Dunant mendirikan cabang YMCA lembaga sosial keagamaan untuk anak-anak muda di Jenewa. Tiga tahun kemudian, dia berpartisipasi dalam pertemuan di Paris yang bertujuan membentuk YMCA menjadi sebuah organisasi internasional. 1901, Dunant menjadi orang pertama yang menerima Hadiah Nobel Perdamaian , yaitu atas perannya mendirikan Gerakan Palang Merah Internasional dan mengawali proses terbentuknya Konvensi Jenewa.
Latar belakang kehidupan keluarganya, akan membuat kita mengerti, mengapa Dunant tumbuh dengan KEPEDULIAN SESAMA yang begitu besar, yang membuat ia dikenang dan dihormati bukan hanya di Swiss tetapi di seluruh dunia.
Keluarganya adalah penganut mashab Kalvin (''Calvinist'') yang taat serta mempunyai pengaruh yang signifikan di kalangan masyarakat Jenewa. Kedua orangtuanya menekankan pentingnya nilai kegiatan sosial. Ayahnya, pengusaha Jean-Jacques Dunant aktif membantu anak yatim-piatu dan narapidana yang menjalani bebas bersyarat. Sedangkan ibunya, Antoinette Dunant-Colladon, melakukan kegiatan sosial membantu orang sakit dan kaum miskin.
INSPIRASI: Ayah dan IBU punya pengaruh kuat dan dominan pada anaka-anak, apalagi di usia dini. Orang tua adalah lingkungan pertama anak. Ketika anak belum mengenal dunia luar, dunianya adalah orang tuanya. Anak meniru yang dia lihat, mengucapkan yang ia dengar, dari orang tuanya. Pengaruh paling hebat, jika bukan hanya ibu yang mendidik dan dekat dengan anak-anak, tetapi keterlibatan ayah.
Penelitian melaporkan, Ayah yang bermain dengan anaknya, meningkatkan kecerdasan anak. Ayah dan ibu yang menjadi figur imbang bagi anak, menyeimbangkan otak kiri kanan anak. Orang tua yang memberikan teladan seperti orang tua Dunant, menanamkan karakter lebih dalam dan karakter anaknya akan lebih tajam dari orang tuanya, dengan kata lain, melahirkan generasi yang lebih baik.
Yang diperlukan adalah peran imbang ayah dan ibu, bukan peran terbalik, dimana ibu sibuk diluar rumah dan ayah yang mengurus anak. Anak perlu bangga dengan bapaknya yang menghidupi keluarganya, namun juga bukan ayah yang jauh sibuk mencari nafkah buat keluarga, tetapi tidak ada waktu buat anaknya. Mari kita komitmen sebagai orang tua bijaksana, untuk melahirkan Generasi Baru yang lebih baik. Salam Dahsyat, Luar Biasa !
Henry Dunant 2: “TUHAN PUNYA RENCANA”
Henry Dunant, mudah dijumpai di Swiss sebagai nama jalan utama. Berikut ini, kisah dibalik Henry Dunat, pendiri Palang Merah International, asal Jenewa, Swiss. Ketika agrobisnisnya di Aljazair mengalami banyak masalah dari penguasa lokal, Dunat memohon dukungan dari Napoleoon.  Dunant menulis sebuah buku yang isinya penuh sanjungan bagi Napoleon III untuk dia hadiahkan kepada kaisar tersebut. Kemudian dia melakukan perjalanan ke Solferino untuk bertemu secara pribadi dengan Napoleon III, yang saat itu menguasai wilayah Aljazair.
Dunant tiba di Solferino 24 Juni 1859, petang hari, tepat ketika pertempuran baru selesai. Sekitar 38 ribu prajurit bergeletakan di medan tempur dalam keadaan terluka, sekarat, atau tewas, dan tidak tampak ada upaya yang dilakukan untuk memberikan perawatan kepada mereka. Dalam keadaan terguncang melihat pemandangan itu, Dunant berinisiatif mengerahkan penduduk sipil, terutama kaum perempuan, untuk memberikan pertolongan kepada prajurit tersebut.
Dunant sendiri mengatur pembelian material yang dibutuhkan, lalu mendirikan rumah sakit darurat. Dia berhasil meyakinkan penduduk setempat untuk melayani para korban luka tanpa melihat di pihak mana mereka bertempur, sesuai dengan slogan Tutti fratelli” (Kita semua bersaudara) yang diciptakan oleh kaum perempuan dari kota Castiglione delle Stiviere tak jauh dari tempat itu. Dia juga berhasil membujuk pihak Prancis untuk membebaskan dokter-dokter Austria yang mereka tawan.
Tidak dikisahkan, apakah akhirnya ia bertemu Kaisar Napoleon. Ia telah menemukan panggilan hidupnya dibidang kemanusiaan daripada sebagai usahawan. Sekembalinya ke Jenewa, Dunant menulis buku tentang pengalamannya itu, judul: Un Souvenir de Solferino (Kenangan Solferino), diterbitkan th 1862 sebanyak 1.600 eksemplar. Dalam buku ini, Dunant juga mengemukakan gagasan tentang perlunya dibentuk sebuah organisasi netral untuk memberikan perawatan kepada prajurit-prajurit yang terluka.
Buku ini dia bagikan kepada banyak tokoh politik dan militer di Eropa. Buku itulah, yang kemudian menginpirasi berdirinya Palang Merah International dan mendapat dukungan yang sangat luas, oleh mereka yang telah membaca buku tersebut. Akhir hidup Dunant tidak sukses sebagai bisnisman, ia sukses sebagai sosiawan kemanusiaan.
INSPIRASI:
TUHAN punya rencana bagi setiap pribadi. Temukan Panggilan Hidup anda, supaya anda hidup maksimal dan bahagia. Jika anda gagal dalam satu bidang, bukan berarti anda orang yang gagal, bisa saja anda salah tempat atau salah peran. 
Dunat tidak mengeluh, ketika tiba di Solferino, keadaan keamanan tidak baik, kondisi yang tidak tepat untuk memohon bantuan. TUHAN punya rencana. Jika anda menemukan keadaan yang menghalangi rencana anda, bisa saja itu TUHAN injinkan terjadi, supaya rencana TUHAN atas hidup anda menjadi kenyataan.
Bagaimana mengerti Panggilan Hidup kita dimana? Ambil waktu retreat pribadi, evaluasi hidup anda, bidang apa yang menjadi ‘passion’ anda? Bidang apa yang anda sukai, yang membuat anda bergairah? Apa mimpi-mimpi waktu kecil anda? Cari waktu disela-sela rutinitas pekerjaan anda untuk kembali melakukan hal tersebut. Jika itu memang rencana TUHAN, IA pasti buka jalan. Inspirasi dari Swiss, temukan panggilan hidupnya dan jadilah maksimal. Salam Dahsyat Luar Biasa !!
Henry Dunant 3: “INDAHNYA MEMBERI”
Kisah Henry Dunant, tokoh dari Jenewa, Swiss diceritakan, dengan sejumlah unsur fiksi, dalam film D'homme à hommes (1948) yang dibintangi oleh Jean-Louis Barrault. Masa hidup Dunant ketika Palang Merah didirikan ditampilkan dalam film produksi bersama internasional yang berjudul Henry Dunant: Red on the Cross (2006). Pada tahun 2010, Takarazuka Revue menggelar drama musikal berdasarkan pengalaman Dunant di Solferino dan proses pendirian Palang Merah. Drama musikal ini berjudul Fajar di Solferino, atau “Kemana Lenyapnya Kemanusiaan?” yang adalah kata-kata terkahir sebelum Dunant meninggal.
Henry Dunant, dianugerahi gelar doktor kehormatan dari Fakultas Kedokteran University of Heidelberg, yang diterimanya pada tahun 1903. Dunant usahanya hancur dan tinggal di panti jompo di Heiden, yang dipimpin oleh Dr. Hermann Altherr, hingga akhir hayatnya.
Sesuai keinginannya, Dunant dikuburkan tanpa upacara di Kompleks Pemakaman Sihlfeld di Zurich. Dalam surat wasiatnya, melalui akte notaris, dia mendonasikan sejumlah uang tertentu ke panti jompo di Heiden, kepada teman-temannya serta kepada organisasi amal di Norwegia dan Swiss. Sisa uangnya dia berikan kepada para kreditornya sehingga utangnya lunas dan uangnya habis.
Untuk menghormatinya, hari ulang tahunnya, 8 Mei, dirayakan sebagai Hari Palang Merah sedunia. Panti jompo di Heiden yang dulu menampungnya, sekarang menjadi Museum Henry Dunant. Di Jenewa dan sejumlah kota lain ada banyak sekali jalan, lapangan, dan sekolah yang dinamai dengan namanya. Medali Henry Dunant, yang dianugerahkan setiap dua tahun oleh Komisi Tetap Gerakan Palang Merah dan Palang Merah Internasional, merupakan penghargaan kelas tertinggi.
INSPIRASI:  Kalau saat ini, sepertinya negri kita tidak ada habisnya dengan tokoh-tokoh bukan yang memberi, tetapi korupsi, mengambil, menjarah dan merampok uang negara, kekayaan alam, tanah rakyat, tanah ulayat, tanah adat, semua yang bisa dimakan disikat, yang bisa disingkirkan ditekan, kisah angkara murka kerakusan manusia.
Sepertinya semangat memberi ini perlu kita kobarkan pada generasi baru anak-anak kita, untuk mengembalikan kemuliaan hidup sebagai manusia dan bukan hidup seperti binatang yang saling memangsa.
Apa yang ditabur, itu yang dituai. Henry Dunant menuai nama harum hingga hari ini, sebanding dengan apa yang ia lakukan, bahkan dimulai dari keluarga orang tuanya, yang memberikan hidupnya, hartanya, miliknya bagi kemanusiaan.
Mendapat upah, hadiah, bonus, keuntungan itu memang menyenangkan, tetapi selama dan selagi anda masih hidup, biarlah anda mengalami, meresapi kata-kata bijak “LEBIH BAHAGIA MEMBERI DARIPADA MENERIMA”.
Jika anda mulai menikmati kebahagiaanya memberi, anda akan terus memberi, bahkan itu bisa menjadi gaya hidup dan tujuan hidup anda, dan nilai-nilai itu akan diwarisi anak-anak anda dengan kualitas dan kedalaman yang lebih. Mari kita jalani kehidupan yang mulia dan bahagia dengan prinsip hidup MEMBERI. Salam Dahsyat, Luar Biasa !!
Henry Dunant 4 : “TUHAN tidak TIDUR”
Swiss menandai 1 Agustus 1291 sebagai hari kemerdekaannya; mengikut sejarah negara ini yang awalnya merupakan suatu negara gabungan, kemudian menjadi persekutuan sejak tahun 1848.
Di negara ini, ada kisah panjang Henry Dunant, pendiri Palang Merah International, yang pernah terpuruk, bahkan disingkirkan oleh lembaga yang ia dirikan.
Pada bulan September 1895, Georg Baumberger, editor kepala Die Ostschweiz, sebuah surat kabar yang terbit di St. Gall, menulis sebuah artikel tentang pendiri Palang Merah tersebut, yang pernah bertemu dan mengobrol dengannya ketika mereka sedang berjalan-jalan di Heiden sebulan sebelumnya. Artikel ini berjudul “Henri Dunant, pendiri Palang Merah” (Henri Dunant, the founder of the Red Cross)  di sebuah majalah bergambar terbitan Jerman, Über Land und Meer.
Dengan segera artikel ini direproduksi di berbagai media lain di seluruh Eropa. Artikel tersebut mendapat sambutan hangat sehingga Dunant kembali memperoleh perhatian dan dukungan khalayak. Dia kemudian menerima Hadiah Binet-Fendt Swiss dan sebuah surat dari Paus Leo XIII. Berkat bantuan dari janda tsar Rusia, yaitu Maria Feodorovna, dan donasi lain dari berbagai pihak, situasi keuangan Dunant sangat membaik.
Pada tahun 1897, Rudolf Müller, yang saat itu sudah bekerja sebagai guru di Stuttgart, menulis sebuah buku tentang asal-mula Palang Merah. Isi buku ini mengubah sejarah resmi Palang Merah dengan menekankan peran Dunant. Buku ini juga mengikutsertakan teks dari buku “Kenangan Solferino.” Sejarah Palang Merah International, pernah ‘dibelokkan’ oleh pihak-pihak tertentu yang tidak senang dengan Dunant, dengan mengesampingkan perannya.
INSPIRASI kisah ini? Sejarah di Indonesia juga pernah mengeleminir peran Soekarno saat ia digulingkan hingga selama zaman order baru. Sejarah serangan 1 Maret di Jogyakarta juga harus diluruskan oleh pihak Kerajaan Jogyakarta karena ada yang ‘tidak pas’, demikian juga dengan peran Henry Dunant dalam kisah ini.
Anda mungkin juga punya kisah serupa, dimana peran anda di-eleminir, tidak diakui, tidak dihargai, atau bahkan diakui orang lain dan berbagai kasus serupa lainnya. Ini memang pengkianatan yang menyakitkan, yang membuat anda bisa kecewa, kepahitan lalu jatuh dalam berbagai macam sakit penyakit fisik, akibat sakit psikologis.
Tapi saya menginspirasi anda dengan kisah ini untuk bangkit dari kekecewaan dan kepahitan. Percayalah, orang Jawa berkata “Gusti ora sare” “TUHAN tidak tidur”, orang Bijak berkata “Kebenaran akan muncul seperti fajar”. Fajar, kadang terasa lama, jika ditunggu-tunggu (apalagi sambil terus sesekali melihat jam), namun 100% pasti, fajar akan muncul, kecuali hari itu hari kiamat. Sepasti munculnya fajar, demikianlah munculnya sebuah ‘kebenaran’.
Seandainya Dunant kecewa, kepahitan lalu sakit dan mati, ia tidak sempat menikmati kemuliaan hidup saat masih hidup. Tetapi Dunant bertahap dan menikmati saat-saat pemulihan nama baiknya. Jadi jangan mati dulu, percayalah TUHAN akan membuat semua Indah dan berkat melimpah, kemuliaan, pemulihan pada waktu-NYA. Salam dahsyat, luar biasa !
Henry Dunant 5;  ”Hebatnya Pencobaan”
Bisnis Dunant di Aljazair mengalami kemunduran. April 1867, perusahaan keuangan Crédit Genevois miliknya bangkrut. Februari 1868, ibu Dunant meninggal dunia, tahun yang sama dia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Sekretaris Komite dan, pada tanggal 8 September 1868, dia dikeluarkan sepenuhnya dari komite.
Dunant juga dikeluarkan dari YMCA. Dia meninggalkan kota kelahirannya, Jenewa, dan tidak pernah kembali lagi ke sana. Moynier berusaha mempergunakan pengaruhnya, supaya Dunant jangan sampai menerima bantuan. Hadiah medali emas Sciences Morales di Pekan Raya Dunia Paris tidak jadi diberikan kepada Dunant, tetapi kepada Moynier, Dufour, dan Dunant bersama-sama sehingga seluruh uang hadiah tersebut menjadi hak Komite, sementara Dunant disingkirkan dari Komite oleh Moynier. Tawaran Napoleon III untuk mengambilalih separuh dari kewajiban utang Dunant, juga digagalkan oleh  Moynier.
Meskipun diangkat sebagai anggota kehormatan Perhimpunan Palang Merah cabang Austria, Belanda, Swedia, Prusia, Heiden dan Spanyol, dia nyaris dilupakan dalam perjalanan resmi Gerakan Palang Merah di pusat. Dunant hidup dalam kemiskinan dan berpindah-pindah tempat antara 1874-1886, termasuk Paris, Stuttgart, Roma, Korfu, Basel, Karlsruhe dan terakhir ke Heiden. Untuk sementara Dunant seperti ‘hilang dari peredaran’.
Kisah belum berakhir, dunia belum kiamat. Di Stuttgart, Dunant bertemu Rudolf Müller mahasiswa Tübingen University dan kemudian bersahabat.  Muller inilah, kelak, ketika ia sudah menjadi guru, meluruskan sejarah berdirinya Palang Merang International, dengan penekanan peran henry Dunant yang sebenarnya.
Kisah berlanjut, di Heiden, dia bertemu dengan seorang guru muda Wilhelm Sonderegger dan istrinya Susanna. Mereka mendorongnya untuk mencatat pengalaman hidupnya. Heiden membuka cabang Palang Merah di Heiden dan meminta Dunant menjadi presiden kehormatan. Kekaguman Wilhelm dan Susanna Sonderegger atas Dunant, terwariskan kepada anak-anak mereka. Pada tahun 1935, putra mereka, yaitu René, menerbitkan kumpulan catatan yang ditulis Dunant.
Baik tulisan Muller dan Rene, keduanya menyakinkan publik atas peran dan kisah sebenarnya Henry Dunant pada Palang merah International.
INSPIRASI: Orang benar musuhnya banyak, namun sejarah akhirnya berpihak pada kebenaran dan kebenaran tidak mungkin ditutupi atau dibelokkan. Manusia bisa membelokan kebenaran, tetapi TUHAN membela mereka yang BENAR.
Sebuah gossip, kebohongan, fitnah dengan amat cepat menyebar, tetapi kebenaran, siapa yang akan memperjuangkan? Seolah waktunya tidak pernah akan datang dan membuat banyak orang benar mati patah arang, karena dunia memang kejam. Namun kisah ini membuktikan, pencobaan yang hebat, juga dialami oleh Dunant dan tokoh-tokoh besar lainnya sepanjang zaman. 
Tokoh-tokoh besar dikandung oleh masalah dan dilahirkan pencobaan dan dibesarkan dengan fitnah, didewasakan oleh masalah, diperkuat adanya tanpangan. Kesulitan hanyalah sarapan pagi yang biasa, bagi para calon pemenang. Semua orang, bukan hanya anda yang punya masalah. Jadi hadapi saja semuanya dengan PANTANG MENYERAH. Salam Dahsyat Luar Biasa !
Henry Dunant 6 “MULIA dan BAHAGIA”
Swiss, negara dengan bendera seperti lambang Palang Merah,  Negara ini, karena kiprah tokoh-tokohnya, banyak yang memenangkan Hadiah NOBEL BERDAMAIAN, seperti  Élie Ducommun, Albert Gobat dan yang paling dikenal di dunia international adalah Henry Dunant.
Henry Dunant, adalah pengusaha dan aktivis sosial Swiss. Ketika melakukan perjalanan untuk urusan bisnis pada tahun 1859, dia menyaksikan akibat-akibat dari Pertempuran Solferino, sebuah lokasi yang dewasa ini merupakan bagian Italia. Kenangan dan pengalamannya itu dia tuliskan dalam sebuah buku dengan judul A Memory of Solferino (Kenangan Solferino), yang menginspirasi pembentukan Komite Internasional Palang Merah (ICRC) pada tahun 1863. Konvensi Jenewa 1864 didasarkan pada gagasan-gagasan Dunant. Pada tahun 1901, dia menerima Penghargaan Nobel Perdamaian yang pertama.
Komite Internasional Palang Merah menyatakan kepada Dunat: “Tak ada yang lebih layak untuk menerima kehormatan ini, karena Andalah yang empat puluh tahun yang lalu mendirikan organisasi internasional bantuan kemanusiaan bagi korban luka di medan tempur. Tanpa Anda, Palang Merah, yang merupakan prestasi kemanusiaan yang agung abad kesembilan belas, barangkali tak akan pernah diusahakan.”
Hans Daae, pendukungnya,  menaruh uang hadiah Dunant, sebesar 104.000 franc Swiss, jumlah yang besar untuk tahun 1901, di sebuah bank di Norwegia dan mencegah uang tersebut diakses oleh para kreditor Dunant. Dunant sendiri tak pernah memakai sedikit pun dari uang tersebut dalam hidupnya, sekalipun akhir hidupnya ia mengalami kesulitan keuangan, kekayaannya pas untuk menutup hutang-hutangnya dan sisanya di sumbangkan ke panti Jompo dan lembaga amal.
INSPIRASI: ?
Orang lain bekerja keras untuk uang, menipu demi uang, menjadi terkenal supaya banyak uang, tetapi Dunant, tidak mengambil uang yang sebenarnya menjadi haknya, justru ia sumbangkan ke berbagai lembaga amal. Ia tidak berhasil menjadi orang kaya, tetapi ia berhasil menjadi orang MULIA yang BAHAGIA.
Kemuliaan dan kebahagiaan seseorang bukan tergantung seberapa banyak ia MIMILKI uang, tetapi tergantung bagaimana ia MEMANDANG uang. Karena itu, dengar Orang Bijak berkata; “Akar segala kejahatan adalah cinta UANG, karena memburu uang dan keinginan cepat kaya, banyak orang telah menyimpang dari kebenaran dan mengalami berbagai duka
Kekayaan karena korupsi, menipu, uang suap bisa berlipat ganda dalam sekejab, tetapi seiiring dengan itu, detak jantung, hati gelisah, ketidak nyamanan tidur menghiasi kehidupan. Tidak kelisah lagi, karena hati nurani yang mati, dan mulailah malapetakan dalam hubungan antar pribadi, karena kasih sayang digantikan cinta uang dan menghadapi kematian dengan ketakutan. Makan steak daging impor, minum anggur murni jutaan per porsi hasil korupsi, sepertinya lebih nikmat makan nasi putih, ikan asin, sambal terasi dan lalapan dari hasil kejujuran, lalu tidur pulas dengans arung di saung sederhana, daripada tidur gelisah di kamar hotel mewah karena menjadi koruptor buron.
KEBAHAGIAAN SEJATI ada dalam kehidupan yang dijalani dengan BENAR dan MENSYUKURI segala hasil jerih lelah, berapapun jumlahnya. Salam dahsyat Luar biasa !

3 komentar: