Senin, 20 Juni 2011

Sultan Syarif Kasim II, Inspirasi dari Siak, Riau


Pekanbaru; Sultan Syarif Kasim II
Riau, … propinsi yang terus maju dengan pembangunan dan dikenal dengan ‘bawah minyak atas minyak’. Dibawah tanah minyak alam, diatas tanah minyak sawit, keduanya menopang APBD kawasan ini. Ibukota propinsi ini adalah Pekanbaru. Begitu anda mendarat di Pekanbaru, maka nama yang segera anda kenal adalah nama airportnya, yaitu Bandara Sultan Syarif Kasim II. Siapa beliau yang namanya diabadikan sebagai nama airport ini?
Sultan Syarif Kasim II, lahir di Siak Sri Indrapura, Riau, 1 Desember 1893 –meninggal di Rumbai, Pekanbaru23 April 1968 pada umur 74 tahun,  adalah sultan ke-12 Kesultanan Siak.
Kesultanan Siak Sri Inderapura merupakan sebuah Kerajaan Melayu yang pernah berdiri di daerah Provinsi Riau, tepatnya di Kabupaten Siak sekarang. Awalnya kerajaan ini didirikan di Buantan oleh Raja Kecil, dari Pagaruyung yang bergelar Sultan Abdul Jalil pada tahun 1723, setelah sebelumnya tersingkir atas tahta Kesultanan Johor. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Sultan Siak terakhir, Sultan Syarif Kasim II menyatakan kerajaannya bergabung dengan Republik Indonesia.
Sultan Syarif Kasim II merupakan seorang pendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tidak lama setelah proklamasi dia menyatakan Kesultanan Siak sebagai bagian wilayah Indonesia, dan dia menyumbang harta kekayaannya sejumlah 13 juta gulden untuk pemerintah republik. Ini jumlah yang amat sangat besar untuk tahun 1945 !!! Bersama sultan Serdang dia juga berusaha membujuk raja-raja di Sumatera Timur lainnya untuk turut memihak republik.
Atas jasanya, komitment bergabung dengan negara RI, usahanya mengajak raja-raja lain di Sumatra dan sumbangannya yang cukup besar, beliau diangkat sebagai Pahlawan dan sebagai penghormatan, namanya menjadi nama airport, pintu gerbang masuk ke kawasan ini.
INSPIRASI:
Ketika negara ini berdiri, dipenuhi dengan kisah-kisah orang yang mengabdikan tenaganya, hartanya, bahkan nyawanya bagi negara. Pengabdian mereka, membuat mereka dihormati, dijadikan pahlwan, kisah dan budi pekertinya dikenang, namanya harus setelah kematian bahkan diabadikan menjadi nama airport, nama jalan dan lain-lain.
Namun hari-hari ini, di internet, koran, radio, tv yang kita dengar dan baca sehari-hari adalah banyaknya pejabat yang bukan mengabadi, tetapi merampok harta negara dan namanya busuk sebagai koruptor buronan. Para pahlawan di alam baka bisa menangis melihat negri kita. Inikah zaman edan, dimana orang merasa rugi kalau yang lain korupsi kok ndak korupsi? Dosa dan amoral menjadi biasa?
Karena itu mari coba kita renungkan sejenak, 20 tahun kedepan, akan menjadi apakah bangsa kita? Atau malah jangan2 sudah bubar dan ditelan perang saudara, karena kita orang tua tidak memberi teladan dan mendidik generasi selanjutnya?
Mari kita renungkan secara pribadi, apakah arti dan tujuan hidup ini. Apakah benar kekayaan memberikan kedamaian dan kebahagiaan yang sesungguhnya? Atau pengabdian yang lebih memberikan makna hidup dan kemuliaan yang terus dikenang, bagaikan hidup Sultan Syarif Kasim II? Mari kita menjadi makhluk mulia, karena tujuan dan cara hidup kita yang mulia ! Salam dahsyat.. Luar Biasa !!

1 komentar:

  1. Pengandian dan Cinta adalah kekuatan dan kelebihan manusia drpd makhluk lainnya

    BalasHapus