Jumat, 03 Juni 2011

Insiden Santa Cruz


1. Insiden Dili
Insiden Santa Cruz (juga dikenal sebagai Pembantaian Santa Cruz) adalah penembakan pemrotes Timor Timur di kuburan Santa Cruz di ibu kota Dili pada 12 November 1991. Mahasiswa, mengadakan aksi protes terhadap Indonesia pada penguburan rekan mereka, Sebastião Gomes, yang ditembak mati oleh pasukan Indonesia sebulan sebelumnya. Mahasiswa  mengantisipasi kedatangan delegasi parlemen dari Portugal, yang masih diakui oleh PBB secara legal sebagai penguasa administrasi Timor Timur. Rencana ini dibatalkan setelah Jakarta yang keberatan karena hadirnya Jill Joleffe wartawan Australia yang dipandang mendukung gerakan kemerdekaan Fretilin.
Pada saat prosesi tersebut memasuki kuburan, pasukan Indonesia mulai menembak; 271 tewas, 382 terluka, dan 250 menghilang. Salah satu yang meninggal adalah seorang warga Selandia Baru, Kamal Bamadhaj, seorang pelajar ilmu politik dan aktivis HAM berbasis di Australia.
Pembantaian ini disaksikan jurnalis Amerika Serikat; Amy Goodman dan Allan Nairn; dan terekam dalam pita video Max Stahl, yang berhasil menyelundupkan ke Australia, dan ditayangkan Januari 1992 di ITV Britania dalam serial dokumenter First Tuesday berjudul In Cold Blood: The Massacre of East Timor. Tayangan tersebut kemudian disiarkan ke seluruh dunia, hingga sangat mempermalukan permerintahan Indonesia. Di Portugal dan Australia, yang keduanya memiliki komunitas Timor Timur yang cukup besar, terjadi protes keras.
Rakyat Portugal menyesali keputusan pemerintah mereka yang telah meninggalkan bekas koloni mereka pada 1975. Mereka terharu oleh siaran yang melukiskan orang-orang yang berseru-seru dan berdoa dalam bahasa Portugis. Hal ini menyebabkan pemerintah Portugal meningkatkan kampanye diplomatik mereka.
Demikian pula, banyak orang Australia yang merasa malu karena dukungan pemerintah mereka terhadap rezim Soeharto yang menindas, dan apa yang mereka lihat sebagai pengkhianatan bagi bangsa Timor Timur yang pernah berjuang bersama pasukan Australia melawan Jepang pada Perang Dunia II.
Pembantaian ini (yang secara halus disebut Insiden Dili oleh Indonesia) disamakan dengan Pembantaian Sharpeville di Afrika Selatan pada 1960, dan mendapatkan kutukan internasional. Kejadian ini kini diperingati sebagai Hari Pemuda oleh negara Timor Leste. Tragedi 12 November ini dikenang oleh bangsa Timor Leste sebagai salah satu hari yang paling berdarah dalam sejarah mereka, yang memberikan perhatian internasional bagi perjuangan mereka untuk merebut kemerdekaan.
INSPIRASI dari Timor Leste:  Kekerasan, tidak pernah mendatangkan kebaikan dan penyelesaian. Kekerasan hanya menimbulkan luka, masalah baru, kekerasan atau pemberontakan selanjutnya. Apapun alasannya kekerasan tidak dibenarkan. Baik dalam keluarga, yayasan, partai, masalah agama, cara kekerasan, hanya menimbulkan kerugian, bagi yang melakukan kekerasan.
Zaman telah berubah, di seluruh dunia, bangsa-bangsa bergolak, menuntut keterbukaan, kebebasan, perlindungan minoritas, menuntut demokrasi, dan kita bisa melihat … sikap arogan, kekerasan … hanya menyebabkan kejatuhan yang ironis. Karena itu demi martabat kta sebagai manusia, makhluk tertinggi dari ciptaan-Nya, mari kita kembangkan penyelesain segala masalah, bukan dengan kekerasan, tetapi dialog, komunikasi, demokrasi …. Dan mewujudkan bumi sebagai tempat tinggal bersama. Salam Damai dari Timor Leste… Luar Biasa !!


2. XANANA GUSMAO: Pemimpin yang BERANI
Kay Rala Xanana Gusmão, lahir di Laleia, Manatuto, Timor Portugis, 20 Juni 1946, adalah mantan gerilyawan yang menjabat Presiden Timor Leste yang pertama, menjabat pada 20 Mei 2002-20 Mei 2007. Kini, ia menjabat Perdana Menteri Timor Leste yang keempat dengan kabinetnya Pemerintah Konstitusional Keempat, sejak 8 Agustus 2007.
Ia adalah seorang pemain sepak bola dan wartawan, kemudian bergabung dengan para pejuang bersenjata Timor Leste, dan 20 tahun melawan pemerintahan Indonesia di hutan2. 1974, Xanana bergabung dengan Fretilin dan 1978 menjadi pemimpin Falintil. 1987, ia memutuskan keluar dari Fretilin dan membentuk Dewan Pertahanan Nasional rakyat Maubere (CNRM). Langkah ini dilakukan guna merangkul semua pihak termasuk gereja demi menghindari kesan perjuangan kemerdekaan hanya dilakukan Fretilin. Untuk mendapat pengakuan internasional, Xanana menyempurnakannya dengan mengubah CNRM menjadi CNRT (Dewan Pertahanan Nasional Rakyat Timor) di Pinichi (Portugal).
Xanana lalu memimpin pasukan gerilya hingga ditangkap tentara Indonesia pada 20 November 1992. Ia harus menjalani pemenjaraan politik selama tujuh tahun di LP Cipinang, Jakarta hingga kemudian dibebaskan pada 7 September 1999 oleh pemerintah Indonesia setelah runtuhnya kekuasaan Orde Baru. Setelah Referandum Timor Timur berada di bawah badan PBB UNTAET. Setelah Timor Leste merdeka 20 Mei 2002 dia terpilih sebagai presiden.
Pada Maret 2006, 691 prajurit Timor Leste dipecat atas tuduhan melakukan desersi. Hal ini menimbulkan gejolak politik yang hebat, sehingga Gusmão mengambil alih kendali pemerintahan. Karismanya sebagai pemimpin perjuangan rakyat Timor Leste cukup berhasil menenangkan para pemberontak. Perdana Menteri Mari Alkatiri dituding banyak berperan dalam pemecatan para prajurit Timor Leste. Karena itu, pada Juni 2006 Gusmão dengan berani mendesak agar Alkatiri mengundurkan diri.
INSPIRASI dari Timor Leste: Kita sebagai bangsa yang besar, tidak menaruh dendam kepada propinsi Timor Timur yang melepaskan diri, saya tetap menggali Inspirasi dari seluruh dunia, terlepas dari suku, agama dan politik.
Dari sosok Xanana Gusmao, kita belajar tentang leadership, pemimpin yang BERANI. Penekanan BERANI, karena ia melakukan perjuangan kemerdekaan sejak Soeharto yang dikenal sangat berkuasa, dan represif, bukan era saat ini. Resiko penjara ia sudah alami bertahun tahun.
Atas semua jasanya, 1999 Gusmão dianugerahi Penghargaan Sakharov untuk Kebebasan Pemikiran.  Pada 2000 ia dianugerahi Penghargaan Perdamaian Sydney karena menjadi "Pemimpin yang berani dan berpendirian kuat untuk kemerdekaan rakyat Timor Timur".  Penghargaan yang tidak diterima begitu saja, tetapi karena keberaniaannya dalam memperjuangkan hak-hak dari kaumnya yang tertindas dan terabaikan.
Kita memerlukan pemimpin yang BERANI, mengambil keputusan yang memihak rakyat walau mendapat penekanan dari pengusaha nakal, rongrongan para mafia hukum ataupun politikus kotor yang korup. BERANI menghukum mati koruptor, pengedar narkoba dan menegakkan wibawa pemerintah dan martabat bangsa seperti di China. Ayo kita dorong dan dukung pemimpin kita untuk BERANI demi rakyat. Saya percaya .. kita pasti bisa menjadi bangsa yang besar  di dunia ini! Salam Dahsyat Luar Biasa !!

 

3. José Ramos Horta: Darah Perjuangan !

José Manuel Ramos-Horta, Presiden Timor Leste kedua, menjabat pada 20 Mei 2007. Sebelumnya ia menjabat sebagai Perdana Menteri Timor Leste (8 Juli 2006 - 20 Mei 2007) dan Menteri Luar Negeri Timor Leste sejak kemerdekaannya pada 2002- 2006. Ia mendapat Penghargaan Perdamaian Nobel tahun 1996.
Dari sebelas saudaranya, empat terbunuh oleh militer Indonesia. Horta sangat aktif dalam pengembangan kesadaran berpolitik di Timor Portugis yang menyebabkannya diasingkan selama dua tahun pada 1970-1971 ke Afrika Timur Portugis. Ia mewarisi darah perjuangan kakeknya, yang juga pernah diasingkan, dari Portugal ke pulau Azores, kemudian ke Cape Verde, Guinea Portugis dan akhirnya ke Timor Portugis. Horta lahir dari ibu orang Timor dan bapak Portugis yang juga diasingkan ke Timor Portugis oleh diktator Salazar, karena sikap perjuangannya.
Horta diangkat menjadi Menteri Luar Negeri dari pemerintahan "Republik Demokratis Timor Leste" yang diproklamasikan oleh partai-partai pro-kemerdekaan pada November 1975. Ramos Horta baru berusia 25 tahun, ketika diangkat jadi menteri, itu karena sikap perjuangannya. Ia meninggalkan Timor Leste tiga hari sebelum pasukan Indonesia menyerang, untuk berjuang memohon pembelaan bagi kasus Timor di depan PBB. Di hadapan Dewan Keamanan PBB di New York, ia berpidato mendesak mereka untuk mengambil tindakan terhadap Indonesia. José Ramos Horta adalah Wakil Tetap Fretilin untuk PBB selama 10 tahun berikutnya.
Penghargaan: Desember 1996, José Ramos Horta berbagi Penghargaan Perdamaian Nobel dengan rekan senegaranya, Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo. Komite Nobel memilih kedua penerima ini untuk mendorong usaha-usaha penyelesaian konflik di Timor Leste secara diplomatik berdasarkan hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri. Komite ini menganggap José Ramos Horta sebagai "Juru bicara internasional terkemuka yang berjuang bagi perjuangan Timor Leste sejak 1975."
INSPIRASI dari Timor Leste: Dari sosok Jose Ramos Horta, kita belajar kepemimpinan … sikap perjuangan yang konsisten yang dimiliki J Ramos Horta, yang menurut saya tidak terlepas dari sikap ayah dan kakeknya. Ia mewarisi sikap mereka.
Saya terinspirasi… bahwa sikap anak-anak, tidaklah terlepas dari sikap orang tua. Sikap, karakter, kebiasaan dipelajari anak, diikuti dari teladan orang tua. Keteladanan adalah cara paling mudah dan efektif dalam membentuk sikap anak-anak. Peraturan membantu membentuk karakter, tetapi sering terasa berat dan mengekang. Mendisiplin diri merubah kebiasaan butuh proses penyadaran, dan itu proses pendidikan yang panjang. Keteladanan ….adalah cara termudah dan alamiah.
Karena itu… membangun sebuah generasi baru, anak-anak yang sukses karena memiliki mental perjuangan, keuletan, kegigihan yang konsisten … perlu kita mulai dari kita orang tua dan kita wariskan ke anak-anak. Jika kita tidak yakin memiliki sikap-sikap ini, kita bisa sarankan anak masuk komunal, lingkungan atau memiliki mentor, yang demikian.  Mentor ini bisa nyata ataupun ‘imaginer’ maksudnya anak diberikan tokoh idola, membaca biografi dan kisah suksesnya, sehingga meneladani sikap-sikap mereka.  Anda sendiri … mulailah mencari mentor itu … dan miliki ‘darah perjuangan’… maka sukses adalah bagian pasti dari hidup anda ! Salam Dahsyat Luar Biasa !!
 

1 komentar:

  1. Bangsa besar tdk pernah dendam. Indonesia ttp mjd sahabt timor Timur. Bravo Indonesia

    BalasHapus