Inspirasi Gorontalo: Wartabone 1: MENJADI ORANG PERTAMA
Saya
berada Gorontalo, Sulawesi, satu-satunya wilayah di Indonesia yang
memproklamasikan kemerdekaan sebelum 1945, yaitu 23 Januari 1942. Nani
Wartabone, (lahir 30 Januari 1907, meninggal 3 Januari 1986), “Pahlawan
Nasional Indonesia” 2003, adalah putra Gorontalo dan tokoh perjuangan yang
melakukan proklamasi tersebut. Bagi saya Watabone ini tokoh yang unik dan
inspiratif yang saya angkat kisah hidupnya menjadi SERIAL LEADERSHIP dari
Gorontalo.
Perjuangannya
dimulai ketika ia mendirikan dan menjadi sekretaris Jong Gorontalo 1923. Ketua
Partai Nasional Indonesia Gorontalo 1928. 1941 tentara Sekutu dikalahkan Jepang
pada Perang Asia-Pasifik, Belanda merencanakan pembumihangusan Gorontalo 28 Desember 1941 dengan membakar
gudang-gudang kopra dan minyak di Pabean dan Talumolo. Memimpin perlawanan
rakyat, Nani Wartabone dan rakyat Gorontalo mencoba menghalanginya dengan
menangkapi para pejabat Belanda yang masih ada di Gorontalo.
Pada 23
Januari, dini hari dimulai dari kampung-kampung di pinggiran kota Gorontalo
seperti Suwawa, Kabila dan Tamalate, Nani Wartabone dan rakyat Gorontalo
bergerak mengepung kota. Pukul lima Komandan Detasemen Veld Politie WC Romer dan beberapa kepala jawatan yang ada di
Gorontalo menyerah. Jam 10.00 Nani Wartabone memimpin langsung upacara
pengibaran bendera Merah Putih yang diiringi lagu “Indonesia Raya” di halaman
Kantor Pos Gorontalo dan deklarasi ‘Proklamasi Kemerdekaan’. Bukan sekedar
deklarasi, tetapi berhasil membentuk pemerintahan daerah dan lembaga perwakilan
rakyat. Luar Biasa !
INSPIRASI: Apa
inspirasi dari kisah ini? Berani bertindak, MENJADI YANG PERTAMA ! Mereka yang
PERTAMA masuk bisnis jaringan, menjadi kaya raya. Mereka yang PERTAMA bisnis
seluler, media, televisi, pertambangan, perminakan, dll di sebuah negara, mereka menjadi kaya
raya. Memang akhirnya ada pengikut yang lebih berhasil lagi, tetapi yang
PERTAMA sudah kaya duluan.
Ada banyak
pilot di Indonesia, tetapi sejarah mencatat Adi Sutjipto adalah pilot pertama
Indonesia. Orang mengingat siapa astronot pertama menginjakkan kaki ke Bulan,
siapa presiden pertama dari suatu negara dan seterusnya. Untuk menjadi yang
pertama, bukan pengikit, bukan follower, adalah KEBERANIAN !!
Ada banyak
pemuda PDKT, pendekatan terhadap seorang gadis, semua mendekati, semua berbuat
baik, tetapi…, basanya, siapakah yang diterima oleh si gadis? Yang pertama
menyatakan cintanya secara verbal, secara lisan, YANG PERTAMA BERANI berkata; “Saya mencintaimu”. Kenapa? Karena yang tidak berani
mengatakan, membuat si gadis binggung, “Dia
itu mau jadi sahabat atau mau jadi pacar?”
Jadi, jika
anda mau sukses, anda tidak mau kehilangan peluang, peluang mendapat pacar,
peluang usaha, peluang memegang hak usaha di kota anda, anda harus BERANI menjadi
YANG PERTAMA! Inilah
Inspirasi kepemimpinan dari kisah Watabone, dari Gorontalo. Salam Dahsyat, Luar
Biasa!
Inspirasi Gorontalo: Wartabone 2: Pejuang Sejati TAHAN
MENDERITA!
Saya
berada Gorontalo, Sulawesi, wilayah yang paling awal merdeka dari seluruh
wilayah tanah air Indonesia lainnya, yaitu 23 Januari 1942, diproklamasikan
oleh Pahlawan Nasional putra Gorontalo, Nani Wartabone.
26 Feb
1942 Jepang mendarat di Gorontalo, dan menuntut warga tunduk pada Jepang. Rakyat
yang berpihak kepada Wartabone melakukan mogok massal sehingga Gorontalo
menjadi kota mati. Jepang memfitnah dan menangkap Wartabone 30 Des ‘43 dan
dibawa ke Manado. Di sini, Wartabone mengalami berbagai siksaan. Wartabone
selama sehari semalam ditanam seluruh tubuhnya kecuali bagian kepala di pantai.
Kepala Wartabone dimainkan ombak dan butir-butir pasir, itu tidak membuatnya
menyerah ataupun kompromi pada kehendak Jepang. Wartabone baru dilepaskan
Jepang pada 6 Juni 1945.
Setelah
menyerah kepada Sekutu, Jepang masih tetap menghormati Nani Wartabone sebagai
pemimpin rakyat Gorontalo. Ini terbukti dengan penyerahan pemerintahan Gorontalo
dari Jepang kepada Wartabone pada tanggal 16 Agustus 1945. Sejak hari itu Sang
Saka Merah Putih kembali berkibar di bumi Gorontalo setelah diturunkan Jepang
sejak 6 Juni 1942. Setelah proklamasi di Jakarta, maka 1 September 1945,
pemerintah pusat menghargai Wartabone sebagai pemimpin rakyat yang sah wilayah
Gorontalo.
INSPIRASI: Wartabone tidak hanya memprolamasikan dan membentuk lembaga, tetapi
perjuang habis-habisan mempertahankannya. Memulai dan menjadi yang pertama
adalah penting, tetapi terus bertahan dan berjuang adalah jauh lebih penting
lagi. Karena itu layak, jika rakyat, pemerintah jepang dan pemerintah RI pusat
semua menghargai kepemimpinan Wartabone.
Pemimpin
diuji dan dilahirkan di dalam penderitaan. Sebut saja Soekarno Hatta, Mahatma
Gandi di India, Jose Rizal di Filipina, Xanana Gumao dari Timor Leste, demikian
juga para Nabi-nabi, mereka hampir semua mengalami penderitaan dan aniaya.
Jika
Wartabone, menerima bujukan Jepang maka ia tidak lebih akan menjadi ‘centeng’
atau ‘preman’ kepentingan Jepang, menjaga keamanan. Wartabone memilih membela
kepentingan rakyat. Alangkah sedihnya, jika oknum polisi, tentara, jaksa atau
aparat lainnya hanya menjadi ‘centeng’ preman bagi yang membayarnya. Rakyat
berdoa, dan saya menginspirasi para aparat, untuk menjadi Wartanone abad ini,
menjadi pahlawan bagi rakyat !
Bagi anda
pribadi, inspirasi Wartabone adalah PENDERITAAN, melahirkan kemuliaan, jika
kita mau menghadapi penderitaan dengan komitmen, dengan ketabahan. Penderitaan
menghasilkan karakter, dna karakter menjadikan hidup seseorang mulia, dihormati
dan dicintai banyak orang.
Jika anda
saat ini mengalami penderitaan, percayalah, TUHAN itu ada dan DIA itu adil.
Ketidak adilan, sering membuat orang bertanya-tanya ‘dimana Tuhan?’ atau bahkan
‘Apakah Tuhan itu ada?’ Namun orang Jawa punya nasehat ; “Gusti ora sare” “Tuhan tidak tidur” Kebenaran akan bersinar
seperti fajar ! Hadapi penderitaan dengan tetap hidup dengan benar, pembelaan
datang pada waktunya ! Kemalangan orang benar banyak, tetapi akhir hidupnya
mulia ! Inilah Inspirasi kepemimpinan dari
kisah Watabone, dari Gorontalo. Salam Dahsyat, Luar Biasa !
Inspirasi
Gorontalo: Wartabone 3: Pejuang Sejati yang SEDERHANA.
Tahukan
anda, bahwa ada wilayah di Indonesia yang sudah merdeka 23 Januari 1942,
melakukan Upacara Proklamasi di lapangan dengan ribuan orang dan membentuk
pemerintahan? Itulah Gorontalo, Sulawesi, dimana saya berada untuk menggali
INSPIRASI dari tokoh sentralnya, Nani Wartabone, Pahlawan Nasioanal sang
PROKLAMATOR kemerdekaan Gorontalo !
Ketika
Jepang kalah dan Belanda datang lagi, dengan membonceng Sekutu, maka pada 30
November 1945 Wartabone diundang berunding di sebuah kapal perang Sekutu yang
berlabuh di pelabuhan Gorontalo, tetapi Belanda menawannya dan langsung dibawa
ke hadapan Pengadilan Militer Belanda di Manado. Wartabone dijatuhi hukuman penjara
selama 15 tahun dengan tuduhan makar pada tanggal 23 Januari 1942. Dari penjara
di Manado, Nani Wartabone dibawa ke Morotai yang kemudian dipindahkah ke penjara
Cipinang, Desember 1946. Hanya sebelas hari di Cipinang, Nani kembali dibawa ke
penjara di Morotai. Di sini ia kembali mengalami siksaan kejam dari Belanda.
Dari Morotai, ia dikembalikan lagi ke Cipinang, sampai dibebaskan 23 Januari 1949, setelah pengakuan
kedaulatan Indonesia.
2 Februari
1950, Wartabone kembali ke Gorontalo, negeri yang diperjuangkan kemerdekaannya.
Rakyat dan Dewan Nasional yang berjuang bersamanya menyambut kehadirannya
dengan perasaan gembira bercampur haru dan tangis. Kapal Bateku yang membawa Wartabone
disambut di tengah laut oleh rakyat Gorontalo. Wartabone kemudian ditandu dari
pelabuhan dibawa keliling kota dengan semangat patriotisme. Rakyat kemudian
membaiatnya untuk menjadi kepala pemerintahan kembali, hingga 1953.
Kisah
menariknya, selepas penyambutan luar biasa dan jabatan puncak itu, Wartabone
memilih tinggal di desanya, Suwawa. Di sini ia kembali turun ke sawah dan
ladang dan memelihara ternak layaknya petani biasa yang sederhana di daerah
terpencil Gorontalo.
INSPIRASI: Ini bukan legenda, ini kisah nyata, pengabdian seorang pemimpin, dan
kesederhanaan setelah ia sampai ke puncak. Bukankan ini yang kita rindukan
bersama sebagai bangsa Indonesia hari-hari ini? Ditengah maraknya budaya
korupsi, pejabat yang menjadi garong dan rampok kekayaan negara, sementara
rakyat menderita. Kita merindukan, adanya pahlawan bangsa zaman ini, pejabat
yang sederhana, yang memperjuangkan kesejahteraan rakyat, yang akan di hormati
dan dipermuliakan turun temurun.
Jika anda
mahasiswa luar biasa atau pejabat negara esselon muda dengan otak brilliant dan
memiliki karier cemerlang, saya menggugah hati nurani anda yang paling dalam,
beranikah anda menerima tantangan abad ini? Menjadi pahlawan bagi bangsa ini ?
Kita sama-sama menaruh harapan dan doa-doa kita, semoga lahir Wartabone baru
dari KPK, Kepolisian, Kejaksaan ataupun instansi lainnya.
Beranikah
anda berjuang melawan arus ketidak adilan, arus kebohongan dan korupsi itu
wajar? Beranikah anda berdiri tegak dengan hidup benar? Menjadi manusia yang
mulia dan dipermuliakan karena kebenaran?
Saya
terinspirasi dengan tokoh-tokoh bangsa di muka bumi ini, yang tadinya miskin,
rayat jelata, bukan siapa-siapa, tetapi karena kebenaran, hidupnya yang lurus,
maka Tuhan mengangkat tinggi-tinngi dalam kemuliaan. Ada Yusuf di Mesir, ada
Sadrah Mesah Abednego dan daniel di Babel, ada Wartabone di Gorontalo, ada saya
dan saya harap juga dengan hidup anda ! Inilah Inspirasi kepemimpinan dari
kisah Watabone, dari Gorontalo. Salam Dahsyat, Luar Biasa !
Inspirasi Gorontalo: Wartabone 4: Pejuang Sejati TIADA HENTI.
Saya
berada Gorontalo, Sulawesi, menggali kisah inspiratif dari putra daerah dan
saya menemukan mutiara kehidupan dari Nani Wartanone, Pahlawan Nasional, yang
telah saya sampaikan dalam episode 1,2,3 dan ternyata belum berakhir.
Ketenangan
hidup Nani Wartabone sebagai petani yang sederhana kembali terusik, ketika
PRRI/PERMESTA mengambil alih kekuasaan di Gorontalo setelah Letkol Ventje Sumual memproklamasikan
pemerintahan PRRI/ PERMESTA di Manado 1957.
Jiwa patriotisme Wartabone bergejolak dan Ia, saat tu berusia 50 tahun memimpin
rakyat Gorontalo. Saat bergerilya inilah, pasukan Nani Wartabone digelari
“Pasukan Rimba”. Ramadhan 1958
datang bantuan dari Batalyon 512 Brawijaya yang dipimpin oleh Kapten Acub Zaenal dan dari Detasemen 1
Batalyon 715 Hasanuddin yang dipimpin oleh Kapten
Piola Isa dan berhasil merebut kembali Gorontalo.
Setelah
PRRI/PERMESTA, Nani Wartabone kembali dipercaya memangku jabatan-jabatan
penting; Residen Sulawesi Utara di Gorontalo, langgota DPRGR. Setelah peristiwa
G30S tahun 1965, Nani Wartabone saat
itu 58th kembali berdiri di barisan depan rakyat Gorontalo menumpas
komunisme. Baginya, perjuangan tiada akhir, usia tua tidak menyurutkan jiwa
perjuangannya.
Nani
Wartabone yang pernah menjadi anggota MPRS Rl, anggota Dewan Perancang Nasional
dan anggota DPA itu, akhirnya meninggal 3 Januari 1986, di usia 79 tahun,
sebagai seorang petani sederhana di desa terpencil, Suwawa, Gorontalo.
INSPIRASI: KESEDERHANAAN,
itulah inspirasi hidup Wartabone. KESEDERHANAAN, sebuah karakter bangsa yang
perlu kita renungkan kembali. Saat ini, bukan pejabat dan pahlawan sekaliber
Wartabone, tetapi hanya pegawai negri eselon 3, usia belum 30 tahun, memiliki
rekening dan asset lebih 100 milyar.
Saat ini
semua diukur dengan materi. Apakah dia sukses, berhasil, mulia, semua diukur
dengan materi. Orang tidak peduli bagaimana memperoleh itu semua. Halal dan
haram sudah menjadi abu-abu. Dosa dan tidak, bukan pertimbangan lagi yang
dirisaukan.
SEDERHANA,
bukan berarti tidak berprestasi. Anda masih ingat pengusaha sukses dan kaya
raya Bob Sadino? Anda mengenal Bung Hatta? Mereka orang sukses yang hidup dan
berpenampilan sederhana. Orang ini ada dalam daftar 100 orang terkaya di bumi,
walau tidak sekaya Bill Gate, tetapi menyumbang berbagai lembaga sosial dan
amal berlipat kali lebih dari Bill Gate, namanya Warren Buffet, ia hidup sangat
sederhana. Kemuliaan seorang
manusia, bukan diukur dari penampilannya, tetapi apakah hidupnya berdampak bagi
orang lain.
Inspirasi
kedua kali ini adalah TIADA HENTI BERJUANG ! USIA BUKAN HALANGAN untuk terus
berjuang! Lupakan saja usia anda, dan lakukan apa yang harus dilakukan. Tidak
ada kata terlambat untuk berbuat baik. Tidak ada kata terlambat untuk memulai
sesuatu yang baik. Sesuatu yang baik, jika anda tidak selesai, anak atau anak
buah anda akan mewarisinya. Sesuatu yang tidak baik, akan berakhir ketika anda
mati. Jadi, mulai saja melakukan hal yang baik tanpa merisaukan umur anda ! Inilah Inspirasi kepemimpinan dari
kisah Watabone, dari Gorontalo. Salam Dahsyat, Luar Biasa !