Minggu, 24 Juli 2011

Jogyakarta: Hamengkubuwono IX


HAMENGKUBUWONO IX
Hamengkubuwono IX, sama sekali tidak merasa sangsi terhadap masa depan kerajaannya saat proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Sehari setelah kemerdekaan ia mengirim kawat ucapan selamat kepada Soekarno – Hatta, dan dr. Rajiman Wediodiningrat, sebagai ketua BPUPKI.
Ia tak begitu mengenal Soekarno – Hatta, namun ia percaya dengan hari depan Republik baru ini. 20 Agustus 1945, Sultan mengirimkan kawat lagi dan mengatakan “sanggup berdiri di belakang pimpinan mereka“. 5 September 1945, Sultan mengeluarkan amanat yang intinya: “Nyayogkarta Hadiningrat berbentuk kerajaan yang merupakan bagian dari Republik Indonesia dan memiliki hubungannya bersifat langsung dengan Pemerintah pusat serta bertanggung jawab terhadap Presiden RI”.
4 Januari 1946, di Stasiun Tugu Sultan sendiri menyambut pimpinan Republik yang mengungsi dan memindahkan ibu kota Pemerintahannya di Jogjakarta. Sejak itu Jogja menjadi kota revolusioner dengan gegap gempita perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Dukungan ini tidak setengah setengah. Ada beberapa bulan Sultan harus mengambil peti-peti kerajaan yang berisi uang perak dan gulden untuk membayar gaji pegawai Pemerintahan Pusat. Juga menyediakan gedung-gedung untuk administrasi pemerintahan negara muda ini. Bung Hatta pernah mengatakan jumlah uang yang dikeluarkan Sultan mencapai 5 juta gulden, dan ia pernah menanyakan kepada Sultan, apakah perlu diganti. Sultan tak pernah menjawabnya sampai akhir hayatnya.
Apa jadinya Republik ini tanpa dukungan Kesultanan Jogja ?  Tawaran Belanda untuk menjadikan Wali Super atau Raja atas wilayah seluruh Pulau Jawa dan Madura ditolaknya. Sama sekali tak ada keraguan untuk menyambut proklamasi dan menyatakan diri sebagai bagian dari Republik Indonesia. Raja Jogyakarta ini telah menempatkan sebagai ahli waris dari kerajaan terhormat yang sejak dahulu selalu mengadakan perlawanan terhadap penjajah. Atas semua peran tersebut, semua setuju dan tidak ragu kedudukan Jogjakarta menjadi Daerah Istimewa, sebuah status yang juga sudah diputuskan sejak Presiden Pertama RI, meresponi Amanat Sultan tertanggal 5 Sept 1945.
Kedudukan Jogyakarta sebagai daerah Istimewa ini, tidak lepas dari sikap-sikap rakyat Jogya dan teristimewa sikap dan karakter Hamengkubuwono IX. Dari isi surat kawat tertanggal 20 Agustus 1945, hanya 3 hari setelah proklamasi, beliau sebagai raja turun temurun, memberikan diri untuk dibawah Presiden sebuah Republik yang baru dan bukan menantang untuk bersaing dalam pemilu.
INSPIRASI: Ia seorang pemimpin, seorang raja, tetapi ia seorang yang mau ‘menundukkan diri’ dibawah otoritas orang lain. Ia seorang yang bisa memimpin dan juga bisa dipimpin, itu satu kombinasi karakter yang luar biasa.
Banyak orang hanya mau memimpin, tetapi ia tidak mau dipimpin, Ia punya roh pemberontakan. Ayahnya dilawan, atasannya dikritik, pemimpin rohaninya dirong-rong, dimanapun ia berada, selisih paham dengan atasan. Mungkin saja ia orang pandai, tetapi tidak punya ‘penundukkan diri’.  Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, dia haruslah juga seorang yang bisa dipimpin, dibawah otoritas dan ‘covering’, ‘mentoring’ ataupun ‘inspiring’ dari orang lain yang lebih senior.
Inspirasi dari Nyayogkarta Hadiningrat, mari kita menjadi manusia yang lebih dewasa dan bijaksana ... bisa memimpin dan mau dipimpin. Salam Dahsyat ... Luar Biasa !!!


SOEWARDI SOERJANINGRAT
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta  Soewardi wartawan muda di beberapa surat kabar antara lain Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya komunikatif dan tajam dengan semangat antikolonial dan aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda dan menggugah kesadaran masyarakat mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.

Tulisan KHD yang paling terkenal adalah "Seandainya Aku Seorang Belanda" dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan DD, tahun 1913. Isi artikel ini terasa pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda.

Akibat tulisan ini ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan bersama kedua rekannya, Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo, diasingkan ke Belanda Ketiga tokoh ini dikenal sebagai "Tiga Serangkai". Soewardi kala itu baru berusia 24 tahun.

1919 pulang dari Belanda dan 1922 Ia pendiri Perguruan Taman Siswa, lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun Belanda. 1922 saat ia genap berusia 40 tahun, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantoro. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.

 

Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, KHD diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia yang pertama. 1957 doctor honoris causa, dari Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya, 2 Mei, dijadikan Hari Pendidikan Nasional.  Bagian dari semboyan ciptaannya, ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. ("di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat, dari belakang mendukung") menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantor. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah.

INSPIRASI: Kalau Ki Hadjar Dewantoro, tidak melepaskan gelar kebangsawanannya, mungkin ia tidak akan bisa berbaur dengan leluasa dengan rakyat, mungkin bisa ia ‘di depan memberi teladan’ tetapi tidak bisa ‘ing madya mangun karsa’, tidak bisa membangun semangat dengan berada bersama-sama di tengah anak buah atau rakyat. Banyak orang mau di depan, bahkan berebut jabatan, bahkan gelar dan gelar bangsawan palsu. Orang bisa jadi provokator di belakang, lalu ‘lempar batu sembunyi tangan’ lepas tangan jika ada apa-apa. Butuh kerendahan hati, welas asih atau belas kasihan dalam arti empati dan simpati, untuk mau dan bisa berbaur. Itulah semboyan yang dihidupi, artinya karakter dari Ki Hajar Dewantoro.
Inspirasi dari Nyayogkarta Hadiningrat, mari kita raih hidup yang mulia, dihormati orang, dicintai anak buah, karena sikap:  ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. "di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat, dari belakang mendukung".   Salam Dahsyat... Luar Biasa !!!
 

Sabtu, 23 Juli 2011

Ramayana Prambanan



PRAMBANAN dan SEJARAH PEMUGARAN NYA
Setelah mengalami berbagai hambatan pemugaran diselesaikan oleh bangsa Indonesia, tanggal 23 Desember 1953 candi Siwa selesai dipugar dan secara resmi dinyatakan selasai oleh Presiden Dr. Ir. Sukarno.
Candi wisnu mulai dipugar dan diresmikan oleh Presiden Soeharto tanggal 27 April 1991. Sejak 1991 candi ini adalah sebuah situs yang dilindungi oleh UNESCO. Antara lain hal ini berarti bahwa kompleks ini terlindung dan memiliki status istimewa, misalkan juga dalam situasi peperangan.
 INSPIRASI: Terlepas dari latar belakang agama candi ini, Prambanan merupakan warisan arsitektur, budaya, lengkap dengan beberapa relief dan legenda kisah-kisah inspiratif baik kepahlawanan maupun pesan moral yang patut dilestarikan. Sejarah pembangunan, proses panjang pemugaran dan tentunya biaya yang telah dikeluarkan, serta pengakuan UNESCO semakin mengukuhkan, betapa berharganya warisan budaya bangsa kita.  Marilah kita generasi selanjutnya, menjadi bangsa yang besar, bermartabat, yang menghargai warisan leluhur yang luar biasa ini. Salam dahsyat ... Luar Biasa !!

RAMAYANA; RAMA SHITNA


Kisah Ramayana ini dibuat sendratari di Prambanan pada waktu2 tertentu, juga di Bali, maupun dalam pagelaran wayang orang di Solo, dan semuanya menjadi daya tarik wisatawan,  khususnya wisatawan lokal dan asing di kota-kota tersebut.
Ketika Shinta diculik Prabu Rahwana dari Kerajaan Alengkadiradja, maka Rama suaminya dan Lesmana adiknya berihtiar melakukan perjalanan mencari Shinta. Ditengah jalan mereka bertemu dengan kera putih, Hanuman yang sedang mencari para satria guna mengalahkan Subali. Subali adalah kakak dari Sugriwa, paman dari Hanuman. Subali merebut kekasih Sugriwa yaitu Dewi Tara.
Walau Rama sendiri sedang punya masalah, ia tidak menceritakan masalahnya, sebaliknya ia bersedia membantu mengalahkan Subali, dan akhirnya usaha itu berhasil dengan kembalinya Dewi Tara menjadi istri Sugriwa. Setelah itu, baru Rama menceritakan perjalanannya yang akan dilanjutkan bersama Lesmana untuk mencari Dewi Shinta sang istri di istana Alengka.
Karena merasa berutang budi maka Sugriwa menawarkan bantuannya dalam menemukan kembali Shinta. Hanuman diutus pergi ke istana Alengka.  Saat Hanuman di Taman Argasoka menemukan Shinta disana, ia ditangkap Indrajid, putera Rahwana. Hanuman dijatuhi hukuman yaitu dengan dibakar hidup-hidup, tetapi bukannya mati tetapi Hanuman membakar kerajaan Alengka dan berhasil meloloskan diri.
Hanuman melaporkan kondisi Alengka kepada Rama, sehingga bisa menyerang kerajaan Alengka dan diikuti pasukan kera pimpinan Hanuman, dengan kekuatan yang tepat. Dalam pertempuran ini  Indrajit dan  Kumbakarna raksasa adik Rahwana juga gugur. Akhirnya Rahwana menghadapi sendiri, dan dapat dikalahkan seluruh pasukan pimpinan Rama. Rahmana sendiri mati kena panah pusaka Rama dan dihimpit gunung Sumawana yang dibawa Hanuman.  Setelah terbukti bahwa Shinta masih suci selama di Alengka, Rama menerima kembali Shinta dengan perasaan haru dan bahagia.
INSPIRASI: WOW .. Ketika Rama sendiri ada masalah... ia tidak menceritakan masalahnya, sebaliknya menolong orang lain yang ada masalah. Inilah mental pemenang, mental kesatria.
Jika anda menunggu tidak punya masalah, dan baru menolong orang lain, anda tidak pernah akan menolong orang lain, karena selama kita hidup, masalah selalu ada. Dengan menolong orang lain, jiwa pemenang ditingkatkan dan berguna saat kita kembali ke masalah kita sendiri, kita hadapi dengan lebih berani.
Kisah Rama menginspirasi kita, bahwa pertolongan itu sendiri juga tidak pernah berlalu begitu saja, tetapi akan kembali kepada kita sendiri. Rama menolong tanpa perjanjian untuk minta ditolong balik, tetapi dia mendapatkannya. INSPIRASI dari PRAMBANAN ... mari lestarikan BUDAYA TOLONG MENOLONG, sebagai budaya bangsa dan budaya kita pribadi. Salam Dahsyat Luar Biasa !!

Kamis, 21 Juli 2011

Candi Mendut

Inspirasi MENDUT 1:  TABUR TUAI

Candi Mendut didirikan oleh dinasti Syailendra dan berlatar berlakang agama Budha, hal ini ditunjukkan dengan adanyA stupa sebanyak 48 pada bagian atasnya. Arkeolog Belanda menyebutkan bahwa didalam prasasti yang ditemukan didesa Karangtengah bertarikh 824M dikemukakan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama venunava yang artinya adalah hutan bambu.
Relief-relief yang terdapat pada dinding candi ini masih jelas terlihat bentuk/ukirannya.  RELIEF 1: bercerita tentang "Brahmana dan Kepeting":
Maka adalah seorang brahmana yang bernama Dwijeswara. Ia sangat sayang terhadap segala macam hewan. Berjalanlah beliau untuk bersembahyang di gunung dan berjumpa dengan seekor kepiting di puncak gunung yang bernama Astapada.

“Kubawanya ke sungai, sebab aku merasa kasihan.” Maka iapun berjalan dan berjumpa dengan sebuah balai peristirahatan di tepi sungai, lalu dilepaslah si kepiting oleh sang brahmana.

Adalah seekor ular yang berteman dengan seekor gagak dan merupakan ancaman bagi sang brahmana. Maka kata si ular kepada kawannya si gagak: “Jika ada orang datang ke mari untuk tidur, ceritakan padaku, aku mau mangsanya.” Si gagak melihat sang brahmana tidur di balai-balai. Segeralah keluar si ular katanya: “ Kita mangsa bersama-sama”

Si kepiting yang dibawa oleh sang brahmana mendengar. Lalu kata si kepiting di dalam hati: “Aduh, sungguh buruk kejahatan si gagak dan ular. Sama-sama buruk kelakuannya.” Terpikir olehnya bahwa si kepiting berhutang budi kepada sang brahmana.  Ia ingin melunasi hutangnya, maka pikirnya. “Ada siasatku, aku akan berkawan dengan keduanya.”

Ujar kepiting, “Wahai kedua kawanku, akan kupanjangkan leher kalian, supaya lebih nikmat kalau kalian ingin memangsa sang brahmana.” – “Aku setuju dengan usulmu, laksanakanlah dengan segera.”  Begitulah kata si gagak dan si ular keduanya. Kedua-keduanya ikut menyerahkan leher mereka dan disupit di sisi sana dan sini oleh si kepiting dan keduanya langsung putus seketika. Matilah si gagak dan si ular.

INSPIRASI: TABUR TUAI
Kemuliaan seseorang, bukan apa yang ia miliki, tetapi apa yang ia lakukan. Para bramana, pada nabi, dan tokoh-tokoh panutan, diteladani, bukan karena apa yang ia miliki, tetapi lebih pada apa yang ia lakukan.  Yang kita lakukan, itu semacam BENIH yang kita tabur dalam ladang SISTEM KEHIDUPAN.
Kisah ini menceritakan, bahwa budi (perbuatan baik) tidak pernah kembali dengan sia-sia. Bagaimanapun di dalam ladang SISTEM KEHIDUPAN ini berlaku Hukum TABUR TUAI. Setiap agama mengajarkan prinsip hukum ini, dengan nama hukum dan kalimat ayat yang berbeda-beda, namun substansinya sama. Karena itu berbicara MORAL, ETIKA, KARAKTER, (terlepas dari IMAN), kita bisa belajar dari berbagai kisah INSPIRATIF.... apapun latar belakang agamanya. Dan dari Candi MENDUT... kita belajar... HUKUM TABUR TUAI... jadi mari banyak-banyak menabur KEBAIKAN... karena kita pasti MENUAI !! Salam dahsyat Luar Biasa !
Inspirasi MENDUT 2: JANGAN EMOSI
Pada bagian dalam candi Mendut, ini terdapat ruangan yang berisikan altar tempat tiga arca Budha berdiri. Ketiga arca tersebut mulai dari yang paling kiri adalah Bodhisattva Vajravani, Buddha Sakyamuni dan Bodhisattva Avalokitesvara.
Hiasan pada candi Mendut: Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa dewata gandarwa dan apsara atau bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda. Relief pada candi Mendut ini, mengandung cerita berupa ajaran moral dengan menggunakan tokoh-tokoh binatang (fabel) sebagai pemerannya.
RELIEF 2: Cerita tentang "Angsa dan Kura-kura"
Danau Kumudawati asal airnya dari telaga Manasasara. Hidup bersama Cakrangga angsa jantan, si Cakranggi angsa betina, bersahabat dengan kura-kura. Si Durbudi si jantan, sedangkan si Kacapa si betina.  Maka tibalah musim kemarau. Air di danau Kumudawati semakin mengering.
Berkatalah Angsa kepda Kura2: “Kami ingin terbang mengungsi ke danau di pegunungan Himawan yang bernama Manasasana. Airnya bersih, bening dan tidak mengering di musim kemarau sekalipun”. Maka si kura-kurapun menjawab: “Aduhai sahabat, sangat besar cinta kami kepada anda. Ke mana pun anda pergi kami akan ikut, dalam suka dan duka anda. Inilah hasil persahabatan kami dengan kalian.’
Angsa menjawab: “Baiklah kura-kura. Kami ada akal. Ini ada kayu, gigittlah olehmu tengah-tengahnya, kami akan menggigit ujungnya sana dan sini dengan isteriku. Kuatlah kami nanti membawa terbang kamu, janganlah kendor anda menggigitt, dan lagi JANGAN BERBICARA !!!.”
Merekapun berangkat dan telah sampai di atas ladang Wilanggala. Berteriaklah anjing betina: “Hai kura2 jelek !!!”  Kura2 tetap saja diam, ia gigit kencang2 batang kayunya... dalam hati ia bangga punya sabahat angsa yang baik. Anjing jantan berteriak lagi” Itu bukan kura2... mana bisa kura2 terbang... itu Tahi Kerbau kering !!”
Terdengarlah kata-kata anjing itu oleh kura-kura, marahlah batinnya. Bergetarlah mulutnya karena dianggap tahi kerbau kering.  Maka mengangalah mulut si kura-kura hendak marah, lepas kayu yang digigitnya jatuhlah ke tanah dan lalu dimakan oleh serigala.
INSPIRASI: JANGAN EMOSI
Angda dan kura2 punya tujuan mencari kehidupan baru. Karena emosi dalam menangapi perkataan atas apa yang mereka lakukan, kura-kura melepaskan gigitannya sehingga jatuh ketanah dan mati. Hati hatilah dengan perkataan. Pantas ada pepatah ; “Hidup Mati tergantung Lidah”
Anda punya visi, tujuan, membangun masa depan? Hati2 dengan komentar orang ! Jangan emosi lalu marah, atau emosi lalu ngambek. Dunia ini penuh pencemooh, orang iri hati, kalimat negatif, nada sinis... Apakah anda akan mengorbankan masa depan anda, hanya karena komentar orang ??? Tidak semua perkataan orang harus anda simak dengan seksama, apalgi dimasukkan hati. Sebaliknya dengar dengan otak dan logika nada, ambil hikmahnya, dan terus SEMANGAT. SEMANGAT DAN SEMANGAT !! Salam Dahsyat Luar Biasa !!
Inspirasi MENDUT 3:  Jangan ikut GILA !!
Letak Candi Mendut, Candi Pawon dan Candi Borobudur yang berada pada satu garis lurus mendasari dugaan bahwa ketiga candi Buddha tersebut mempunyai kaitan yang erat. Kemiripan motif pahatan di ketiga candi tersebut juga mendasari adanya keterkaitan di antara ketiganya. Poerbatjaraka, bahkan berpendapat bahwa candi2 ini merupakan upa angga (bagian dari) Candi  Borobudur.
Saat prosesi upacara Waisak bermula dari Candi Mendut, melewati candi Pawon dan berakhir pada Candi Borobudur.  Candi Mendut, Pawon dan juga Borobudur,  merupakan Candi Budha.
Pada candi Mendut, terdapat relief  lukisan cerita hewan atau fabel yang dikenal dari Pancatantra atau jataka.  Relief ke-3: bercerita tentang: "Dua Burung Betet yang Berbeda": Mengisahkan kelakukan dua burung betet yang sangat berbeda karena satunya dibesarkan oleh brahmana (pendeta) dan satunya lagi oleh seorang penyamun.
INSPIRASI dari cerita relief ini LINGKUNGAN ITU PENTING. Lingkungan paling melekat dengan anak-anak kita saat ini adalah media, film, vcd, internet baik lewat warnet, komputer maupun hp.  Media- media ini berinteraksi dengan anak-anak kita jauh lebih intens daripada dengan keluarga, guru bahkan teman. Karena itu mari kita bijaksana dengan memonitor media mereka, dan yang paling utama mengisi hati dan jiwa mereka dengan moral, etika dan ‘pengenalan akan TUHAN’.
Relief ke-4: "Dharmabuddhi dan Dustabuddhi": Cerita ini mengenai dua orang sahabat anak para saudagar. Suatu hari Dharmabuddhi menemukan uang dan bercerita kepada kawannya Dustabuddhi. Lalu mereka berdua menyembunyikan uang ini di bawah sebuah pohon. Setiap kali mereka membutuhkan uang, Dharmabuddhi mengambil sebagian dan membagi secara adil.   Tapi Dustabuddhi tidak puas dan suatu hari mengambil semua uang yang tersisa. Ia lalu menuduh/ MEMFITNAH Dharmabuddhi dan menyeretnya ke pengadilan. Tetapi akhirnya Dustabuddhi ketahuan dan dihukum.
INSPIRASI dari cerita relief ini dalam istilah orang Jawa ‘becik ketitik, olo ketoro’. Kita hidup didunia dimana fitnah, penjilat, merupakan barang umum di dunia saat ini. Lihat saja berita korupsi atau kasus mafia hukum, kita jadi binggung karena terjadi saling fitnah, dan kebenaran menjadi abu-abu ada zaman ini.
Tetapi percayalah, bahwa akan ada pengadilan akhir yang adil, paling tidak di dunia yang akan datang, di akhirat setelah kita mati. Ada hukum agama yang mengatakan; “Apa yang tersembunyi akan diberitakan di atap-atap rumah”.  Akan ada saatnya TUHAN sendiri yang akan mengadili manusia dan memberikan kepada setiap orang masing-masing sesuai perbuatannya. 

Jika kita umat beragama dan percaya bahwa TUHAN itu ada, serahkanlah semuanya kepada TUHAN, masih orang Jawa berkata: “Iki zaman edan, nek ra melu edan yo ora kumanan, nih isih luwih bekjo sing eling lan wasposo” artinya “Ini zaman gila, kalau tidak ikut gila tidak kebagian, tetapi lebih beruntung yang ingat dan waspada atau bijaksana”.  Inspirasi dari candi Mendut ... mari tidak ikut-ikutan gila akhirnya sengsara ... tetapi menjadi bijaksana dan hidup bahagia. Salam Dahsyat Luar Biasa !!